Jumat datang terlalu cepat. Tidak, mungkin tidak terlalu cepat, tapi aku yang lambat. Aku sudah mengantuk, tapi mencoba tetap terjaga dengan mata yang selebar selat. Tuhan, andai saja manusia tidak butuh tidur!
Jika waktu adalah kereta yang melewati sebuah stasiun, aku ingin ia singgah sejenak di stasiun itu. Ayolah waktu, apa kamu tidak lelah berlari di rel yang sunyi? Rehat lah sesekali. Membekulah sejenak. Lalu aku akan mencuri peluang ketika kamu berhenti, aku ingin memikirkan hal lain selain deadline. Boleh, kan?
Aku ingin melemparkan imajinasiku ke kota-kota di pantai utara Jawa. Ke kota yang dituju oleh seseorang tadi. Kubayangkan dia duduk di dalam bis berpendingin udara. Mungkin sedikit tersiksa karena tidak bisa merokok. Dalam perjalanan dia membaca buku untuk mengusir kebosanan akan rutinitas jalan pulang. Lalu sesekali dia memandang jalanan dari balik jendela bis. Mengamati adakah yang berbeda dari jalanan yang selalu dilalui ketika pulang.
Yang kutahu dan yang kuingat, jalan di pantai utara Jawa itu berkelok dan beberapa berupa jalan yang naik turun. Mungkin jalan ke kotanya juga seperti itu. Kemudian dia merasa lega saat sampai di kota kelahiran. Bisa melepas rindu pada rumah, keluarga dan kawan. Untuk sementara ia juga dapat meninggalkan urusan-urusan di kota pelajar yang kadang membuatnya kesal.
Di kota kelahiran semua terasa lebih menenangkan. Ia melepas rindu pada kawan-kawannya sambil minum minuman berkafein. Di atasnya, bintang dan langit malam sedang karib berteman. Segalanya selalu lebih terang ketika semua disentuh oleh persahabatan.
"Langit di sini banyak bintang, Sayang. Kelak kau haru tahu langit di sini."
Sementara itu, aku tidak sempat berlama-lama memandang langit dari pintu rumahku. Waktu adalah kereta yang tak ingin berhenti di stasiun manapun. Ah, aku seperti siput lambat yang tak mampu mengejar kereta berkelebat.
Seorang teman pernah bilang, jika kita bisa keras pada diri sendiri, hidup tak akan terasa keras lagi bagi kita. Kukra aku sedang mencoba keras pada diriku. Coba memotong kebiasaan banyak tidur dan bermalas-malasan. Tapi rasanya agak ekstrim, aku bekerja sampai lupa makan. Pekerjaan menyatukan fragmen-fragmen fakta menjadi tulisan panjang dan mendalam ternyata tidak mudah. Pagi nanti aku harus makan. Kiranya besok tak akan lupa makan lagi sebab rasa lapar sudah menekan. Beruntung roti coklat dan biskuit memberi sebuah penyelamatan.
Hey, Jumat! Kamu datang terlalu cepat. Kali lain, jangan membuat waktu terlalu merapat. Apa kamu sepakat?
Ah ya bener banget. Waktu memang cepat sekali berlalu..
BalasHapusSeminggu saja terasa cepat sekali >.<